
KUTIPAN – Ada satu hal yang tak pernah habis dibicarakan di Tanjungpinang: keragaman. Kota ini seperti resep sayur lodeh, banyak bahan tapi kalau dimasak dengan cara yang benar, rasanya justru enak dan menenangkan. Di tengah warna-warni itu, Sabtu (8/11/2025) di Hotel Pelangi, terselenggara agenda yang mempertegas semangat hidup berdampingan. Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, hadir melantik dan mengukuhkan Pengurus Pelayanan Masyarakat Batak Kristen (PEMBAKRIS) periode 2025–2030.
Acara berjalan hangat, seperti kopi yang baru diseduh. Bukan hanya sekadar seremonial angkat tangan dan tanda tangan, tetapi momen untuk menegaskan bahwa Tanjungpinang punya ruang luas untuk tumbuh bersama tanpa saling sikut.
Wali Kota Lis memberikan apresiasi kepada para pengurus dan anggota PEMBAKRIS yang selama ini ikut menghidupkan kegiatan sosial dan pembinaan umat di kota ini. Ia menegaskan pentingnya peran organisasi berbasis komunitas dalam menjaga tali persaudaraan.
“Selamat menjalankan tugas kepada ketua dan seluruh pengurus PEMBAKRIS yang baru saja dilantik. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa toleransi antarumat beragama merupakan salah satu kekuatan terbesar yang dimiliki Kota Tanjungpinang. Dan dalam hal ini Pemerintah Kota Tanjungpinang sangat mendukung peran organisasi sosial keagamaan seperti PEMBAKRIS yang tentunya ikut memperkuat nilai toleransi, kebersamaan serta pelayanan kepada masyarakat,” ujar Lis.
Keberadaan komunitas Batak Kristen di Tanjungpinang bukan sekadar statistik demografi. Ia hidup dalam bentuk kebersamaan, gotong-royong, dan rasa peduli antarwarga. Lis menyampaikan bahwa komunitas seperti ini menjadi bagian penting dalam memperkuat harmoni dan solidaritas sosial.
Sinergi, dalam konteks ini, bukan sekadar kata manis sambutan acara. Tapi upaya nyata antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam membangun kota yang atmosfer sosialnya damai, tidak bising oleh gesekan, tapi ramai oleh saling dukung.
Pemerintah Kota Tanjungpinang terus menunjukkan komitmen terhadap kehidupan sosial yang inklusif dan harmonis. Prinsip dasarnya sederhana tapi dalam: saling menghormati adalah pondasi pembangunan. Jika pondasi ini kuat, maka pembangunan fisik maupun sosial akan lebih mudah berdiri kokoh. Kota pun tumbuh bukan hanya cantik dipandang, tetapi juga nyaman ditinggali.





