
KUTIPAN – Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di Komisi II DPRD Kota Batam pada Selasa (4/11/2025) boleh dibilang jadi momen “cek kesehatan” tata kelola parkir di kawasan Pasar Mega Legenda. Ruang rapat Komisi II hari itu diisi para anggota dewan, termasuk Sekretaris Komisi II Safari Ramadhan yang memimpin jalannya rapat, serta anggota lainnya seperti Setia Putra Tarigan SE, Yefri, Ruslan Sinaga, hingga Gabriel Sianturi.
Dari pihak Pemerintah Kota, hadir pejabat Dinas Perhubungan Batam untuk duduk satu meja membahas nasib kios parkir yang selalu jadi bahan gumaman pengunjung.
Masalah klasik yang diangkat, potensi ada, trafik kendaraan ramai, tapi kontribusi ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih terasa “angin-anginan”. Ibarat pasar yang hiruk-pikuk, namun kas pendapatannya seolah malu-malu masuk.
Safari Ramadhan mengingatkan bahwa pengelolaan parkir ini bukan sekadar soal menarik karcis, tapi memastikan alur pendapatan berjalan rapi dari titik parkir, pencatatan, sampai pelaporannya. Ia menyoroti pentingnya pengawasan, validasi data, dan sistem pengelolaan yang tidak memberi ruang bagi “air bocor”.
“Retribusi parkir menjadi salah satu sektor PAD yang selalu menjadi sorotan DPRD karena pencapaiannya masih belum menggembirakan. Kami ingin memastikan bahwa potensi ini dikelola secara optimal,” ujar Safari dalam rapat tersebut.
Melalui RDPU ini, Komisi II menegaskan bahwa pengelolaan parkir yang baik bukan untuk membebani masyarakat, melainkan memastikan potensi yang sudah ada bisa benar-benar hadir sebagai pemasukan daerah. Bahasa sederhananya, kalau sudah ada peluang cuan halal dari parkir, jangan sampai malah hilang entah ke mana.
Di ujung rapat, Safari memberi penegasan harapan:
“Komisi II berharap, melalui RDPU ini, pemerintah daerah dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan menjadi evaluasi dalam pengelolaan parkir di Batam baik secara teknis dan administrasi dan pengawasan yang dilakukan Komisi II ini dalam rangka mendukung Dishub dalam membantu kinerja untuk mewujudkan capaian PAD dan kami yakin Dishub mampu melakukan itu,” pungkasnya.
Satu pertemuan mungkin belum mengubah keadaan. Tapi kalau setiap persoalan kota dimulai dari duduk bareng dan bicara jujur soal data, peluang, dan tata kelola, setidaknya itu tandanya rumah besar bernama Batam masih menjaga pintunya tetap terbuka bagi perbaikan.





