
KUTIPAN – Pagi itu, kebun Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Dabo Singkep terlihat lebih hidup dari biasanya. Tidak ada sirine dramatis, tidak ada baris-berbaris kaku, yang ada adalah pemandangan sederhana tapi bermakna, para warga binaan bersama petugas memanen kangkung yang mereka tanam sendiri. Kegiatan ini diberi nama Farm Day dan dilaksanakan pada Rabu (05/11/2025).
Kalau dilihat sekilas, kegiatan panen sayur mungkin tampak biasa saja. Namun di balik daun-daun kangkung yang hijau itu, ada proses panjang pembinaan kemandirian yang sedang dirajut perlahan. Bukan sekadar soal bercocok tanam, tetapi soal membangun kembali rasa percaya diri, kebiasaan bekerja dengan ritme, hingga kemampuan mengelola sesuatu dari awal sampai panen.
Kepala Lapas Dabo Singkep, Yusrifa Arif, menegaskan bahwa yang ditanam bukan hanya tumbuhan.
“Kami ingin menanamkan nilai kerja keras, tanggung jawab, dan keterampilan yang bisa bermanfaat ketika mereka kembali ke masyarakat,” ujar Kalapas.

Bahwa hidup, sama seperti berkebun, perlu dirawat. Tidak semua hal tumbuh cepat. Tidak semua hal berhasil di musim pertama. Dan terkadang, yang dipanen bukan hanya hasilnya, tetapi sikap baru yang tumbuh dalam diam.
Hasil panen kangkung ini tidak hanya untuk dapur Lapas, yang artinya para warga binaan ikut andil memberi nilai atas makanan yang mereka konsumsi, tetapi sebagian juga dijual kepada masyarakat sekitar.
Ada unsur pemberdayaan ekonomi di sana, sebuah model agar para warga binaan punya bayangan konkret bahwa bekerja itu membuahkan hasil, bukan sekadar teori motivasi yang cepat hilang.
Beberapa warga binaan terlihat bangga. Ada yang senyum-senyum sambil membawa ikatan kangkung, mungkin merasa sudah lama tidak merasa berhasil. Di balik tembok tinggi dan jadwal ketat, ada ruang kecil dimana manusia diberi kesempatan menjadi lebih baik.
Farm Day ini menjadi pengingat bahwa pembinaan bukan hanya soal aturan dan kedisiplinan—tetapi soal memberi ruang untuk tumbuh. Sesuatu yang terkadang kita lupa, bahkan di luar tembok Lapas sekali pun.





