
KUTIPAN – Ada yang sering lupa bahwa Kepri bukan hanya soal kota-kota besar seperti Batam, Tanjungpinang, atau Bintan. Di balik berita politik dan geliat ekonomi, ada ratusan pulau yang hidup dengan ritme laut dan akses transportasi di sanalah sering jadi tantangan nyata.
Karena itu, ketika tiga infrastruktur perhubungan baru diresmikan Menko Infrawil dan Menteri Perhubungan di Kepulauan Anambas dan Natuna, Rabu (5/11/2025), Gubernur Kepri Ansar Ahmad menegaskan bahwa ini bukan sekadar seremoni gunting pita.
Ia menyampaikan hal ini pada peresmian Pelabuhan Penyeberangan Letung, Pelabuhan Penyeberangan Sedanau, dan Gedung Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kelas II Kepulauan Riau yang digelar di Pelabuhan Letung Kuala Maras, Kecamatan Jemaja Timur. Menurutnya, tiga fasilitas ini bukan benda mati dari tumpukan semen dan baja, melainkan simpul penting yang menghubungkan kehidupan antar-pulau.
“Pembangunan ini adalah bukti nyata bahwa negara hadir sampai ke pulau-pulau terluar. Kita ingin setiap warga Kepri memiliki akses transportasi yang layak dan setara, sehingga aktivitas ekonomi masyarakat dapat bergerak lebih cepat,” ujar Gubernur Ansar.
Jika Letung diproyeksikan sebagai simpul pelayaran rute Tanjungpinang–Anambas–Natuna, maka Sedanau punya peran sedikit berbeda: ia menjadi etalase pergerakan barang, hasil perikanan, dan mobilitas masyarakat di Natuna. Semacam terminal sentral, tapi rasa pesisir.
Kepri saat ini memiliki 62 pelabuhan aktif: mulai dari terminal penumpang, kapal rakyat, hingga pelabuhan perairan umum. Jumlah ini terdengar besar, tetapi perlu diingat bahwa Kepri memiliki 394 pulau berpenghuni. Artinya, pekerjaan untuk merajut konektivitas itu masih panjang dan strategis.
Oleh karena itu, pelabuhan Ro-Ro seperti di Letung dan Sedanau menjadi sangat vital.
“Dengan hadirnya pelabuhan-pelabuhan yang memadai untuk kapal Ro-Ro, kita menjawab kebutuhan mendesak masyarakat terhadap aksesibilitas transportasi yang lancar, murah, dan berdaya saing,” tegas Gubernur Ansar.
Dalam konteks daerah kepulauan, pembangunan infrastruktur semacam ini bukan soal kemewahan. Ia berkaitan dengan apakah ikan bisa cepat dijual tanpa basi, apakah pelajar bisa sekolah tanpa menunggu cuaca, hingga apakah ibu bisa berobat tanpa harus menunggu kapal dua minggu sekali. Singkatnya: ini tentang kehidupan sehari-hari.





