
KUTIPAN – Ekonomi Kepulauan Riau sepanjang 2025 rupanya sedang dalam kondisi yang tidak hanya sehat, tapi juga cukup bugar untuk diajak berlari maraton. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri, Ronny Widijarto, menjelaskan bahwa fondasi ekonomi daerah ini sedang berada di posisi yang bisa dibilang “tegak dan stabil”, di saat banyak wilayah lain masih ngos-ngosan menghadapi tekanan ekonomi global.
“Pertumbuhan ekonomi Kepri tetap tinggi, sementara inflasi berhasil dijaga stabil di bawah 3 persen. Ini kombinasi yang langka di tengah tekanan ekonomi global,” ungkap Ronny dalam Kepri Economic Forum 2025 yang digagas oleh Bank Indonesia (BI) Kepri, di Hotel Grand Mercure, Batam Center, Selasa (4/11/2025).
Data BI menunjukkan bahwa kredit perbankan di Kepri melesat cukup kencang, tembus 20,6 persen. Bandingkan dengan tahun lalu yang cuma 10 persen—bedanya seperti membandingkan lari pagi santai dengan dikejar deadline pembayaran kos. Lonjakan terbesar datang dari kredit korporasi yang tumbuh 26,3 persen, menandakan bahwa pabrik, industri, dan para investor sudah mulai kembali menyalakan mesin produksinya.
Namun, Ronny tidak hanya menyoroti tingginya angka pertumbuhan. Ia mengingatkan bahwa pertumbuhan yang bagus itu juga harus mampu membagi manfaatnya secara merata.
“Pertumbuhan tinggi saja tidak cukup. Kita ingin pertumbuhan yang inklusif, yang manfaatnya dirasakan semua lapisan masyarakat dari industri besar hingga UMKM dan rumah tangga,” ujarnya.
Seperti biasa, sektor industri pengolahan, perdagangan, dan ekspor masih menjadi “tulang punggung” ekonomi Kepri. Tapi BI mendorong agar konsumsi rumah tangga dan investasi domestik naik kelas menjadi pemain inti, supaya pertumbuhan tidak terlalu bergantung pada sektor besar yang mudah goyah jika arus global tiba-tiba berubah arah.
Dalam konteks pengembangan ekonomi biru atau blue economy, Ronny menilai Kepri punya posisi yang bisa dibilang strategis sekaligus cantik. Dengan laut yang luas dan perairan yang menjadi jalur perdagangan internasional, Kepri punya peluang untuk menjadi laboratorium ekonomi maritim yang berkelanjutan di Indonesia.
“Dengan potensi laut yang besar, Kepri bisa menjadi pionir ekonomi biru yang tidak hanya menumbuhkan ekonomi, tapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir,” katanya.
Sementara itu, Plh Sekdaprov Kepri Adi Prihantara yang hadir dalam forum tersebut menegaskan kembali pandangan Gubernur Ansar Ahmad yang ingin menjadikan Kepri sebagai “permata biru di gerbang nusantara”. Sebuah visi yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya besar, tetapi juga merata dan menyentuh akar sosial masyarakat pesisir.
Adi berharap forum ini tidak hanya berhenti pada wacana yang manis, tetapi pulang membawa rekomendasi strategis yang bisa ditindaklanjuti pemerintah daerah.
Acara ini dihadiri oleh pelaku usaha, akademisi, lembaga keuangan, dan birokrasi pemerintah. Diskusi banyak berkutat pada bagaimana memperkuat daya saing daerah lewat investasi berkelanjutan, diversifikasi ekspor, dan inovasi sektor keuangan—karena kalau mau maju, harus kompak, saling dorong, bukan saling tunggu.
Para narasumber yang hadir di antaranya Guru Besar FEB Universitas Padjadjaran Prof. Arief Anshory Yusuf, Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Setda Kepri, Plt Dirjen PDSPKP Kementerian Kelautan dan Perikanan Machmud, serta Chief Economist Bank Permata Josua Pardede.





