
KUTIPAN – Kopi memang punya cara ajaib untuk mempertemukan orang. Di satu cangkir, ada cerita, di balik aromanya, ada harapan. Begitu pula di Festival Kopi Merdeka (FKM) 2025 yang digelar di kawasan Kota Lama, Tanjungpinang. Bukan sekadar ajang minum kopi ramai-ramai sambil menikmati musik, festival ini pelan-pelan berubah jadi ruang hidup bagi pelaku UMKM lokal yang selama ini berjuang di balik etalase kecil dan kios sederhana.
Lima hari penuh, kawasan tua itu mendadak hidup. Lampu hias menggantung di antara deretan tenda bazar, dan bau kopi bercampur aroma makanan khas dari berbagai stan yang menggoda setiap pengunjung. Namun di balik suasana pesta, ada pesan serius yang ingin disampaikan: ekonomi tak melulu harus tumbuh di pusat kota atau mall megah, tapi juga bisa dari warung, lapak, dan tangan-tangan kreatif warga sendiri.
Menurut Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, kegiatan seperti ini bukan cuma hiburan, tapi juga bentuk pemerataan ekonomi.
“Sekarang produk UMKM kita masih banyak bertumpu di beberapa titik seperti bandara dan tepi laut. Melalui kegiatan seperti ini, semua elemen bisa berkumpul. Ini bentuk pemerataan dan dapat menumbuhkan kembali semangat usaha masyarakat,” ujar Lis usai menghadiri malam puncak FKM 2025, Minggu (2/11) malam.
Lis tampak benar-benar menikmati suasana festival malam itu. Ia bersama Ketua TP PKK, Yuniarni Pustoko Weni, berjalan santai di antara para pelaku UMKM, mencicipi kuliner lokal, dan membeli produk buatan warga. Semua itu bukan sekadar formalitas, tapi cara sederhana untuk menunjukkan dukungan terhadap ekonomi rakyat. Ribuan pengunjung memenuhi area festival, bersorak saat Anna Zanet, Steven Pasaribu, dan Kania tampil di panggung penutup.
Lis pun menegaskan komitmen Pemko Tanjungpinang agar tahun depan lebih banyak festival serupa diadakan.
“Upaya ini diharapkan dapat memperkuat sektor UMKM sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat secara merata,” sebutnya.
Sementara itu, Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, datang membawa optimisme khas pejabat yang tahu betul potensi daerahnya. Ia menegaskan bahwa Festival Kopi Merdeka termasuk dalam Kalender Pesona Indonesia Kementerian Pariwisata.
“Festival ini merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah daerah dan pelaku pariwisata. Setiap tahun antusiasme masyarakat selalu tinggi, dan kegiatan seperti ini terbukti mampu menggerakkan ekonomi daerah,” ujar Ansar.
Ansar tak sekadar datang memberi sambutan. Ia juga membawa target besar: 3,5 juta wisatawan ke Kepri hingga akhir 2025. Target itu bukan isapan jempol. Pemerintah provinsi berencana mendorong event wisata di berbagai kabupaten dan kota, termasuk Tanjungpinang, agar jadi magnet bagi turis dalam dan luar negeri.
Lebih jauh, ia menyinggung rencana menghidupkan kembali kawasan bersejarah seperti Pulau Penyengat dan Pasar Lama. Ada pula rencana membangun Tugu Bahasa dan Museum Tanjungpinang di kawasan Penyengat. Semua ini untuk memperkuat identitas budaya Kepri dan menjadikannya daya tarik wisata unggulan.
“Mohon dukungan masyarakat agar tujuan kita mengembangkan pariwisata di Kepri dapat terwujud. Dengan pariwisata yang tumbuh, ekonomi bergerak, lapangan kerja terbuka, dan masyarakat ikut merasakan manfaatnya,” pungkas Ansar.
Malam itu, FKM 2025 benar-benar menegaskan satu hal: kopi bukan cuma soal rasa, tapi juga tentang bagaimana aroma solidaritas bisa menyatukan warga, pelaku usaha, dan pemerintah dalam satu cangkir kebersamaan.





