
KUTIPAN – Di tengah gempita Batam sebagai kota industri, ada satu sisi lain yang tak kalah penting, melindungi generasi muda dari jebakan perdagangan orang. Karena di balik gemerlap pabrik dan peluang kerja, selalu ada celah bagi pelaku TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang) mencari korban baru.
Maka pada Kamis (23/10/2025), Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Kepri menggandeng Ditreskrimum Polda Kepri, Imigrasi Batam, dan BP3MI Kepri untuk menggelar sosialisasi TPPO di SMKN 7 Batam. Ratusan pelajar dari 50 SMA dan SMK di Batam duduk manis mendengar paparan yang isinya tidak main-main: ancaman eksploitasi di era digital.
Kepala DP3AP2KB Kota Batam, Novi Harmadyastuti, membuka kegiatan dengan tema yang cukup menggugah, “Bentengi pelajar dari kriminalis TPPO, tolak jadi korban TPPO.”
Dalam sambutannya, Novi memberi apresiasi kepada JMSI Kepri atas upaya mereka mendekatkan isu serius ini ke dunia pelajar.
“Batam sebagai kota industri sangat rentan terjadinya kasus TPPO. Kasus kekerasan tidak hanya terjadi pada TPPO saja, tapi juga di sekolah, seperti bullying,” ujar Novi.
Konteksnya jelas, jangan tunggu jadi korban dulu baru sadar pentingnya pencegahan. Novi menambahkan bahwa para pelajar punya peran penting dalam menyebarkan kesadaran ini.
“Intinya para pelajar harus jadi garda terdepan dalam pemberantasan dan pencegahan TPPO ini di kalangan pelajar,” sambungnya.
Nada optimis juga datang dari Kasubdit IV Ditreskrimum Polda Kepri, AKBP Andyka Aer, yang mewakili sambutan Kapolda Kepri Brigjen Pol. Asep Safrudin, S.I.K., M.H. Menurutnya, kegiatan seperti ini bukan hanya agenda seremonial, melainkan investasi sosial jangka panjang.
“Sosialisasi ini adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran pelajar akan bahaya TPPO,” ujarnya.
Lebih jauh, Andyka menyinggung soal bahaya eksploitasi digital yang kini makin halus cara kerjanya.
“Jadi melalui sosialisasi ini berharap pelajar bisa terhindar dari TPPO. Tentunya ini perlu kolaborasi bersama dan kegiatan ini bisa berkelanjutan dalam meningkatkan generasi cerdas dan berkarakter,” tambahnya.
Usai paparan, sesi tanya jawab berlangsung seru. Beberapa pelajar dengan polos tapi kritis mengajukan pertanyaan seputar modus TPPO di era media sosial—sesuatu yang tak jarang lebih dekat dari yang dibayangkan.
Sebagai penutup, para pelajar membubuhkan tanda tangan di atas spanduk komitmen bersama untuk mencegah TPPO. Foto bersama pun diambil—sebagai simbol bahwa kesadaran bisa dimulai dari ruang kelas, bukan menunggu datangnya tragedi.(Yun)





