
KUTIPAN – Di tengah hiruk-pikuk dunia pendidikan yang sering kali sibuk dengan urusan nilai dan ranking, Jawa Barat malah melangkah dengan arah sedikit berbeda. Alih-alih sibuk memburu angka di rapor, provinsi ini mencoba menanamkan hal yang lebih mendasar, karakter.
Hari Selasa (21/10/2025) di Lapangan Apel Brigif 1 Kesatrian Marinir Hartono Cilandak, Jakarta Selatan, tampak suasana khidmat saat Komandan Pasmar 1 (Danpasmar 1) Mayjen TNI (Mar) Ili Dasili, S.E., turut mengikuti Upacara Pembukaan Pendidikan Karakter Gapura Panca Waluya Jawa Barat Batch VI.
Upacara ini dipimpin langsung oleh Gubernur Jawa Barat H. Dedi Mulyadi, S.E., M.M., sang penggagas utama program.
Program Gapura Panca Waluya bukan sekadar jargon pelatihan moral, melainkan upaya sistemik untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur budaya Sunda yang kini mulai tersisih oleh gawai dan algoritma.
Lima nilai utama yang diusung, Cageur (Sehat), Bageur (Baik), Bener (Benar), Pinter (Pintar), dan Singer (Tangkas/Cekatan), menjadi semacam rambu moral agar generasi muda tak hanya cerdas secara akademik, tapi juga tangguh secara mental dan sosial.
Implementasinya pun tak main-main. Program ini diatur terstruktur, sistemik, dan masif di sekolah-sekolah seantero Jawa Barat.
Tujuannya sederhana tapi dalam, melahirkan siswa yang bukan hanya pintar di kepala, tapi juga punya hati yang waras dan tangan yang terampil.
Gubernur Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa semangat utama dari Gapura Panca Waluya adalah pendidikan yang memanusiakan, bukan menghukum.
“Surat Edaran Gapura Panca Waluya juga menegaskan pentingnya pembinaan terhadap peserta didik dengan perilaku khusus, bukan dengan pendekatan penghukuman, melainkan melalui pola kerja sama lintas institusi (pemerintah daerah, sekolah, orang tua, bahkan TNI-Polri),” ujarnya.
Sebuah pandangan yang terasa segar di tengah sistem pendidikan yang kadang terlalu cepat memberi cap “nakal” pada anak yang butuh bimbingan lebih, bukan bentakan.
“Ini adalah wujud keberpihakan pada tumbuh-kembang anak sebagai proses, bukan label. Pendidikan Gapura Panca Waluya adalah langkah konkret menuju transformasi pendidikan yang tidak sekadar mencerdaskan, tapi juga menyehatkan, memanusiakan, dan membudayakan,” Gubernur Dedi.
Pernyataan itu seolah menegaskan bahwa dunia pendidikan bukan pabrik nilai, melainkan taman untuk menumbuhkan manusia seutuhnya. Dan di taman itu, TNI, guru, dan orang tua bisa duduk semeja, bukan hanya bicara disiplin, tapi juga kasih sayang.
Dalam konteks ini, kehadiran TNI, termasuk Pasmar 1, menjadi simbol sinergi, bahwa pendidikan karakter bukan urusan sekolah semata, melainkan tanggung jawab bersama untuk menjaga generasi agar tetap “Cageur, Bageur, Bener, Pinter, Singer” di tengah dunia yang makin bising dan cepat berubah.





