
KUTIPAN – Di tengah riuhnya ajang STQH Nasional XXVIII Tahun 2025 di Kendari, satu nama dari Tanjungpinang tiba-tiba mencuri perhatian, Mohammad Syarhan. Anak muda ini berhasil menyabet juara II nasional untuk cabang Musabaqah Al-Hadits golongan hafalan 100 hadits dengan sanad.
Kabar baik itu otomatis ikut mengerek posisi kafilah Provinsi Kepulauan Riau ke peringkat delapan nasional, naik dua tingkat dari posisi ke-10 tahun lalu. Lumayan signifikan untuk daerah kepulauan yang sering kali luput dari radar media nasional.
Hasil gemilang tersebut tercantum resmi dalam Surat Keputusan Dewan Hakim Nomor 04/Kep.DH/STQHN-XXVIII/X/2025, yang dirilis setelah kompetisi berlangsung sejak 9–19 Oktober.
Di balik angka dan gelar, ada kerja keras panjang para peserta yang sejak awal digembleng untuk hafal bukan hanya ayat, tapi juga sanad, sebuah level kesabaran dan konsistensi yang bikin banyak orang biasa cuma bisa geleng kepala.
Tak hanya Syarhan, rombongan Kepri juga tampil menawan. Ada Muhammad Hasbi Assidik yang menyabet hafizh terbaik I golongan 30 juz putra, Zulaikha qariah terbaik III tilawah dewasa putri, Salfa Aqila hafizah terbaik III golongan 10 juz putri, serta Harits Luqman Hakim yang meraih harapan III untuk hafalan 500 hadits tanpa sanad putra.
Prestasi itu menegaskan bahwa semangat Qurani di Kepri bukan basa-basi.
Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, ikut angkat topi untuk pencapaian tersebut.
“Kami bangga atas prestasi ini. Semoga keberhasilan ini menginspirasi generasi muda untuk terus belajar, berprestasi, dan menanamkan nilai-nilai Qur’ani,” ujar Lis, Minggu (19/10).
Ucapan Lis bukan sekadar formalitas. Pemerintah kota memang tengah serius menjalankan program sertifikat mengaji, syarat wajib bagi anak-anak yang ingin masuk SD atau SMP. Kebijakan ini bukan semata administratif, tapi juga bagian dari upaya melahirkan generasi yang akhlaknya kuat sekaligus cerdas rohaninya.
“Prestasi ini juga membuktikan bahwa generasi Tanjungpinang memiliki banyak potensi di bidang tilawah dan hafalan hadits. Pemerintah Kota terus mendukung kegiatan keagamaan yang berorientasi pada penguatan nilai-nilai Al-Qur’an di tengah masyarakat,” tambah Lis.
Kalimat itu terdengar seperti harapan panjang yang ingin ditanam: bahwa keberagamaan tak berhenti di lomba atau panggung seremonial, tapi tumbuh di keseharian anak muda.
Sementara itu, Ketua LPTQ Kota Tanjungpinang, Raja Ariza, memastikan bahwa pembinaan tak berhenti setelah lomba usai.
“Pembinaan tidak berhenti di sini. Prestasi ini diharapkan menjadi motivasi bagi para peserta untuk terus mengembangkan kemampuan, semakin matang, dan siap menghadapi tantangan di ajang berikutnya,” pungkasnya.
Pesan itu sederhana tapi penting: lomba boleh selesai, tapi perjuangan menjaga semangat Qurani justru baru dimulai. Dan mungkin dari tangan-tangan muda seperti Syarhan dan kawan-kawanlah, Tanjungpinang—dan Kepri, akan terus menggemakan hafalan yang tak hanya di bibir, tapi juga di hati.





