
KUTIPAN – Dompak di Kamis pagi (9/10/2025) terasa sedikit lebih sibuk dari biasanya. Aula Balairung Wan Seri Beni tampak ramai dengan deretan wajah serius tapi antusias. Mereka bukan peserta lomba karaoke antar instansi, melainkan para pejabat fungsional Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau yang sedang berbagi pengalaman dan ilmu dalam Sharing Session Pengelolaan Kinerja Pejabat Fungsional, kegiatan yang digelar oleh BKD dan Korpri Kepri.
Acara ini dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kepri, Adi Prihantara, yang dalam gaya khas birokrat berjiwa reformis, tidak sekadar formalitas. Ia datang membawa pesan penting soal makna “fungsi” di balik jabatan fungsional.
“Pejabat fungsional merupakan tata laksana struktur birokrasi yang lincah namun tetap berkompeten,” ujarnya.
Kalimat itu seperti tamparan halus bagi siapa pun yang mengira jabatan fungsional hanyalah posisi administratif tanpa napas kreatif. Bagi Adi, pejabat fungsional adalah pondasi utama pemerintahan modern, yang bisa bekerja cepat, adaptif, tapi tetap taat aturan.
“Jabatan fungsional merupakan pondasi dalam struktur pemerintahan. Karena itu, pejabatnya harus memiliki sistem kerja yang efektif dan terukur,” tambahnya.
Adi juga menekankan soal profesionalisme, hal yang sering jadi bahan candaan tapi sebenarnya sangat serius. Menurutnya, pejabat fungsional tidak cukup hanya “hadir” di kantor, tapi juga harus memberi kontribusi nyata untuk diri, keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat. Sebab di era birokrasi digital ini, ukuran kinerja bukan lagi seberapa lama duduk di meja, melainkan seberapa besar manfaat yang bisa dirasakan publik.
Dari depan aula, terlihat Kepala BKD dan Korpri Kepri, Yeny Trisia Isabella, ikut menyimak dengan wajah tenang tapi penuh catatan. Dalam laporannya, Yeny menggarisbawahi bahwa kegiatan ini bukan sekadar ajang formal, melainkan bagian dari strategi peningkatan kinerja ASN fungsional di Kepri.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan kinerja pejabat fungsional dapat meningkat, dengan integritas dan kompetensi yang lebih kuat,” ujarnya.
Yeny, dengan gaya khas pejabat yang penuh perhitungan tapi juga realistis, menambahkan bahwa sistem birokrasi ke depan akan makin sederhana tapi berbasis talenta.
“Pejabat fungsional harus mampu meningkatkan kompetensi, menciptakan lingkungan kerja berbasis talenta, dan bekerja secara efektif,” katanya di hadapan 159 peserta yang hadir.
Bisa jadi, angka 159 itu bukan sekadar jumlah peserta, tapi simbol betapa banyaknya potensi SDM di Kepri yang tengah bertransformasi menuju birokrasi yang lebih “hidup” dan kolaboratif. Karena, seperti yang disampaikan Yeny, keberhasilan reformasi birokrasi tidak hanya diukur dari tumpukan laporan, tetapi dari budaya kerja yang sinergis dan saling mendukung.
“Ke depan, semoga para pejabat fungsional dapat menumbuhkan semangat kolaborasi dan memperkuat sinergi untuk mendukung terciptanya lingkungan kerja yang baik, efektif, dan tepat sasaran,” tutupnya.
Jika dilihat dari atmosfer acara itu, pesan yang disampaikan bukan lagi sekadar jargon. Di balik meja-meja dan layar proyektor, ada semangat baru untuk menjadikan birokrasi di Kepri lebih adaptif, kompeten, dan tentu saja, lebih manusiawi. Karena di era sekarang, birokrasi bukan soal pangkat, tapi soal kontribusi nyata.


				
				
				
				
				
				
				

		
		
		
		
		
		
		
		
