
KUTIPAN – Kalau bicara soal kemeriahan, warga Tanjungpinang memang tidak pernah setengah-setengah. Tiap kali perayaan Hari Jadi Kota Otonom digelar, semangatnya seperti kembang api di malam tahun baru, menyala, ramai, dan tentu saja penuh warna. Tahun 2025 ini, pesta rakyat itu bakal kembali hadir lewat Pawai Budaya dan Mobil Hias, yang dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, 11 Oktober 2025.
Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Jadi ke-24 Kota Otonom Tanjungpinang yang jatuh pada 17 Oktober mendatang. Pemerintah Kota Tanjungpinang tampak serius menyiapkan perhelatan ini agar tak sekadar jadi tontonan, tapi juga jadi ruang pertemuan budaya, antara warga, seniman, dan para pelajar yang ingin unjuk kebolehan.
Menurut rencana, pawai budaya akan dimulai pukul 06.30 WIB dari Jalan Ketapang (depan Pizza Hut) dan berakhir di Panggung Tugu Sirih Tepi Laut. Sementara itu, pawai mobil hias akan bergerak dari Terminal Sei Carang (Bincen) dan berputar kembali ke lokasi semula.
Antusiasme masyarakat? Sudah bisa ditebak. “Alhamdulillah, peserta tahun ini membludak. Semangat masyarakat untuk ikut sangat besar,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri.
Hingga Selasa (7/10), data menunjukkan sudah ada 17 sekolah jenjang SMP (maksimal 100 peserta per sekolah), 4 kecamatan, 17 sanggar dan paguyuban, serta 29 kendaraan hias yang resmi mendaftar. Jumlah itu bahkan disebut-sebut sebagai yang terbanyak dalam tiga tahun terakhir.
Tiap peserta bakal berlomba menunjukkan kreativitas terbaiknya. Total hadiah yang disiapkan juga tak main-main, Rp32 juta, terbagi untuk empat kategori, yakni tingkat kecamatan, SLTP, paguyuban dan sanggar seni, serta mobil hias.
Namun, pesta budaya tak berhenti sampai di situ. Setelah pawai usai, kemeriahan bakal berlanjut lewat Parade Tari pada malam 18 Oktober di kawasan Tugu Sirih Tepi Laut. Malam itu, panggung akan disulap jadi arena ekspresi seni. Sanggar-sanggar dari seluruh Kepulauan Riau akan unjuk gigi menampilkan tarian tradisional terbaik mereka.
Hadiah yang diperebutkan pun tak kalah menarik, Rp23,5 juta untuk kategori penataan tari terbaik, penata musik terbaik, dan penata busana terbaik. Semua ini menjadi bukti bahwa di Tanjungpinang, budaya bukan sekadar warisan masa lalu, tapi juga sumber semangat baru untuk masa depan.
Nazri berharap, kegiatan ini tidak hanya jadi ajang hiburan, tapi juga pemantik ekonomi.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap dapat meningkatkan pariwisata serta menggerakkan perekonomian daerah,” katanya.
Ia pun mengajak seluruh masyarakat untuk ikut hadir, menonton, dan tentu saja bersorak dalam kebersamaan. Karena di kota yang penuh sejarah ini, pesta budaya bukan hanya tentang warna-warni kostum dan gemerlap lampu mobil hias, tapi juga tentang rasa bangga menjadi bagian dari Tanjungpinang yang terus tumbuh dengan caranya sendiri.