
KUTIPAN – Di tengah geliat wacana hilirisasi nasional, nama PT Tianshan Alumina Indonesia kembali mencuat di Kabupaten Lingga. Perusahaan aluminium asal Tiongkok itu disebut siap menanam modal hingga Rp70 triliun di kabupaten yang dulu dikenal sebagai “Bunda Tanah Melayu”.
Namun, seperti biasa, urusan besar selalu datang bersama masalah besar pula. Kali ini bukan soal dana atau niat, tapi tentang lahan yang nyangkut dengan area latihan tempur Marinir milik TNI Angkatan Laut.
Negosiasi Berulang di Kemenhan
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Lingga, Yusdiandri, menyebut Pemkab tak sekadar menonton. Mereka sudah bolak-balik ke Kemenhan, terakhir pada 29 September 2025, untuk menyambung benang kusut yang sudah lama melilit.
“Yang terakhir kami ikuti pada 29 September 2025 di Kemenhan. Pertemuan itu dihadiri langsung oleh Dirjen Strategi Pertahanan (Setrahan) mewakili Menteri Pertahanan. Ini pertemuan lanjutan dari pembahasan sebelumnya,” ujar Yusdiandri dalam podcast eksklusif bersama Inidie Channel pada Minggu (5/10/2025).
Dalam forum itu, Pemkab Lingga tak datang tangan kosong. Mereka membawa paparan tebal berisi rencana investasi, analisis manfaat, sampai proyeksi dampak ekonomi. Intinya, ini bukan proyek lokal kaleng-kaleng, tapi bagian dari kebijakan hilirisasi nasional yang kini menjadi prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Diplomasi Daerah di Level Nasional
Bagi Yusdiandri, diplomasi tak hanya milik kementerian dan duta besar. Pemerintah daerah pun kini harus piawai bernegosiasi di tingkat nasional, apalagi kalau menyangkut investasi yang nilainya bikin keringat pejabat pusat ikut menetes.
“Pemkab Lingga pada dasarnya sangat berusaha keras agar investasi dapat berjalan sesuai dengan harapan kita semua. Kami aktif berkoordinasi dengan pusat, khususnya Kemenhan, karena persoalan ini menyangkut lahan latihan tempur Marinir,” jelasnya.
Masalahnya sederhana tapi pelik, ada 400 hektare lahan proyek Tianshan yang bersinggungan dengan area latihan militer. Kemenhan pun pada 30 Oktober 2024 mengeluarkan surat resmi agar daerah mencari lahan pengganti. Menariknya, Pemkab Lingga langsung merespons cepat menawarkan dua lokasi alternatif seluas 379 hektare di sekitar wilayah latihan yang dinilai masih memenuhi syarat teknis militer.
Tianshan, Proyek Strategis Nasional
Bukan hanya soal lahan, proyek Tianshan ini disebut sebagai investasi strategis nasional. Dalam paparannya di Kemenhan, Yusdiandri menjelaskan bahwa tahap pertama akan menelan biaya 1,6 miliar dolar AS (sekitar Rp24 triliun) dan membuka 2.000 lapangan kerja baru. Tahap kedua akan jauh lebih besar, Rp46 triliun dengan 12.000 tenaga kerja.
“Posisi kita sangat diuntungkan. Bukan hanya membuka lapangan kerja, tapi juga menggerakkan UMKM, infrastruktur, dan peningkatan pendapatan daerah. Ini multiplier effect yang besar,” tegasnya.
Selain itu, PT Tianshan disebut akan mengirim 200 sarjana Indonesia ke Tiongkok untuk pelatihan industri aluminium. Jadi, ini bukan sekadar investasi uang, tapi juga investasi ilmu.
Menunggu Keputusan Pusat
Dari pertemuan terakhir, Dirjen Setrahan beserta tim disebut sudah mempersempit opsi menjadi dua lokasi pengganti yang diajukan Pemkab Lingga. Langkah berikutnya tinggal peninjauan lapangan untuk memastikan lokasi final yang disepakati.
“Dalam waktu dekat, tim Kemenhan akan turun ke lapangan. Setelah itu baru akan ditentukan lokasi yang disepakati bersama. Kami berharap semuanya berjalan lancar,” tutur Yusdiandri.
Koordinasi antara Bupati, Wakil Bupati, dan jajaran teknis disebut terus berjalan agar tak ada birokrasi yang memperlambat proyek. Sementara di sisi lain, dukungan masyarakat menjadi bahan bakar yang tak kalah penting.
Harapan dan Seruan Dukungan
Di akhir keterangannya, Yusdiandri menyampaikan harapan yang terdengar lebih seperti doa. Ia mengajak masyarakat untuk menyatu dalam semangat membangun.
“Kita berharap dan berdoa bersama, mudah-mudahan dengan izin Allah, investasi ini bisa berjalan sebagaimana cita-cita kita semua. Ini bukan hanya untuk daerah, tapi juga untuk bangsa,” pungkasnya.
Bagi Kabupaten Lingga, proyek ini bukan sekadar pembangunan pabrik, tapi juga uji kemampuan daerah kecil bermain di panggung besar. Diplomasi mereka di Kemenhan mungkin terlihat melelahkan, tapi begitulah cara daerah menegaskan eksistensinya dalam memperjuangankan masyarakatnya untuk meningkatkan taraf hidup.