
KUTIPAN – Di atas kertas, rencana investasi PT Tianshan Alumina Indonesia di Kabupaten Lingga terdengar seperti mimpi indah, nilai proyek mencapai puluhan triliun, membuka 12 ribu lapangan kerja, dan menjadi lokomotif hilirisasi aluminium nasional. Namun, realitas di lapangan berkata lain, mimpi itu tersandung pada sebidang tanah yang ternyata bukan tanah sembarangan, melainkan area latihan tempur Marinir TNI Angkatan Laut.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Lingga, Yusdiandri, mengonfirmasi bahwa masalah utama investasi raksasa ini memang bersumber dari tumpang tindih lahan dengan aset Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Sejak 2024, soal batas lahan dan fungsi kawasan sudah menjadi topik rutin antara Pemkab, investor, dan Kemenhan.
“Kendala utama investasi Tianshan di Lingga adalah masalah lahan yang beririsan dengan lokasi latihan perang Marinir Angkatan Laut. Itu yang masih kami upayakan penyelesaiannya,” ujar Yusdiandri dalam podcast Inidie Channel pada Minggu (6/10/2025).
Terkait lahan yang beririsan antara latihan perang dan Tianshan dicarikan solusi pengganti oleh Pemkab Lingga, Kementerian Pertahanan pada 30 Oktober 2024, meminta agar area seluas ±400 hektare yang tumpang tindih dengan kawasan latihan Marinir diganti dengan lahan baru.
Tak mau proyek strategis itu terhenti di meja birokrasi, Pemkab Lingga segera menggelar serangkaian koordinasi lintas instansi, termasuk pertemuan di kantor Kemenhan.
“Pertemuan dengan Kemenhan sudah dilakukan beberapa kali. Yang terakhir pada 29 September 2025, dihadiri langsung oleh Dirjen Strategi Pertahanan. Kami menyampaikan pentingnya investasi Tianshan ini untuk Lingga dan nasional,” jelas Yusdiandri.
Dalam forum itu, Pemkab menegaskan bahwa investasi Tianshan termasuk dalam proyek strategis nasional, sejalan dengan program hilirisasi industri mineral yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Pemerintah daerah sempat mengajukan dua lokasi alternatif pengganti, Pulau Sebangka dan Pulau Pekajang. Sayangnya, semangat itu pupus di meja evaluasi.

“Kita sempat menawarkan dua lokasi di Sebangka dan Pekajang, tetapi karena tidak satu daratan dengan area latihan, maka otomatis tertolak,” kata Yusdiandri.
Usai penolakan tersebut, Pemkab Lingga kembali menyiapkan dua opsi baru yang lebih realistis, dengan luas sekitar 379 hektare di area yang berdekatan. Pihak Kemenhan, melalui Dirjen Strategi Pertahanan, dikabarkan akan melakukan peninjauan lapangan sebelum menentukan lokasi final yang disetujui.
Meski terjebak di simpang birokrasi antara pertahanan dan ekonomi, Pemkab Lingga tetap optimistis. Harapan utama, investasi senilai Rp70 triliun ini bisa segera terealisasi.
“Kami berharap dukungan semua pihak. Pemkab, Bupati, dan Wakil Bupati berupaya keras agar Tianshan bisa segera hadir di Lingga. Kita ingin ekonomi masyarakat bangkit,” ujar Yusdiandri.
Bagi pemerintah daerah, keberhasilan proyek ini bukan sekadar urusan investasi, melainkan simbol kolaborasi antara pembangunan ekonomi dan kedaulatan negara.
PT Tianshan Alumina Indonesia bukan pemain baru di dunia industri logam. Perusahaan ini terdaftar di Bursa Shenzhen, Tiongkok, dan dikenal sebagai produsen aluminium foil terbesar di dunia untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik (EV).
Rencananya, mereka akan membangun fasilitas produksi di Lingga di atas lahan 800 hektare, sekitar 500 hektare di antaranya sudah dibebaskan. Tahap pertama investasi mencapai USD 1,6 miliar (sekitar Rp24 triliun), disusul tahap kedua senilai USD 3 miliar (sekitar Rp46 triliun). Proyek ini juga mencakup pelatihan bagi 200 sarjana Indonesia ke Tiongkok, bagian dari transfer teknologi jangka panjang.
Kini, semua mata tertuju ke Kemenhan. Dari kementerian inilah keputusan akhir akan keluar, apakah proyek Tianshan akan kembali berdenyut atau terus tertahan.
“Kemenhan bersama tim akan turun langsung untuk memastikan lokasi pengganti. Kita berharap semuanya berjalan baik dan cepat,” pungkas Yusdiandri.
Dengan posisi Lingga yang strategis di jalur pesisir dan potensi ekonominya yang besar, kabupaten ini kini berdiri di simpang jalan antara kepentingan pertahanan dan cita-cita industrialisasi nasional. Jika titik temu tercapai, Tianshan bukan sekadar proyek besar, tapi babak baru dalam sejarah investasi Kepulauan Riau.