
KUTIPAN – Ada sebuah pepatah tua yang bilang, “Kesempatan besar hanya datang sekali, sisanya tinggal rapat koordinasi.” Pepatah itu seolah menemukan maknanya di Kabupaten Lingga. Di sudut selatan Kepulauan Riau ini, pemerintah daerah sedang jungkir balik memastikan investasi jumbo senilai Rp70 triliun dari PT Tianshan Alumina Indonesia benar-benar mendarat, bukan sekadar wacana yang hilang di udara seperti kabar proyek tambang zaman dulu.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Lingga, Yusdiandri, mengungkap bahwa tim daerah bersama pusat sudah beberapa kali “ngantor bareng” di Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Bukan sekadar silaturahmi, tapi betul-betul untuk memastikan urusan investasi dari raksasa industri aluminium asal Tiongkok ini bisa berjalan mulus tanpa drama administratif.
“Pemkab Lingga berusaha keras agar investasi ini bisa berjalan sesuai dengan keinginan kita semua. Salah satu upaya penting adalah pertemuan langsung dengan Menhan yang diwakili Dirjen Strategi Pertahanan. Pertemuan terakhir kami berlangsung pada 29 September 2025 di Jakarta,” ujar Yusdiandri dalam wawancara eksklusif bersama Inidie Channel pada Minggu (5/10/2025).
Bicara soal Tianshan, ini bukan perusahaan yang baru kemarin sore berdiri. Mereka terdaftar di Bursa Shenzhen, punya pabrik seluas 800 hektare, dan dikenal sebagai produsen aluminium foil single terbesar di dunia, khususnya untuk bahan baterai kendaraan listrik (EV).
Rencana investasinya di Lingga bukan main-main, tahap pertama saja mencapai USD 1,6 miliar (sekitar Rp24 triliun) dengan serapan tenaga kerja 2.000 orang. Tahap kedua bahkan melompat ke USD 3 miliar (sekitar Rp46 triliun) dan mempekerjakan hingga 12.000 orang.
“Kalau ini terealisasi, ekonomi lokal akan bergerak luar biasa. Dari tenaga kerja langsung, UMKM, hingga infrastruktur daerah semuanya akan terdorong naik. Ini proyek strategis yang bukan hanya penting untuk Lingga, tapi juga untuk Indonesia,” kata Yusdiandri.
Dengan angka fantastis seperti itu, Lingga seolah akan naik kelas, dari daerah yang dulu dikenal dengan hasil laut, menjadi episentrum industri berteknologi tinggi di Kepri.
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sejak awal periode 2024–2029 menegaskan fokus pada hilirisasi industri dan kemandirian energi. Dalam konteks itu, langkah Tianshan masuk ke Lingga terasa pas betul. Aluminium yang mereka hasilkan bukan sekadar logam, tapi bahan baku utama untuk dunia baru, kendaraan listrik dan energi bersih.
“Tianshan ini mendukung langsung hilirisasi nasional. Mereka tak hanya membawa investasi, tapi juga teknologi dan transfer pengetahuan. Bahkan, mereka sudah menyiapkan program pelatihan untuk 200 sarjana asal Lingga agar belajar langsung ke Tiongkok,” jelas Yusdiandri.
Jika ini terealisasi, tak berlebihan bila Pemkab Lingga kini disebut sebagai “pintu masuk hilirisasi di perbatasan”, sekaligus contoh sinergi pusat-daerah yang tak berhenti di tataran wacana.
Namun seperti banyak kisah besar lain, jalan menuju proyek ini tak sepenuhnya mulus. Ada kendala klasik, tumpang tindih lahan dengan area latihan tempur Marinir AL. Kemenhan sempat mengeluarkan surat tertanggal 30 Oktober 2024 yang meminta penggantian lahan 400 hektare.
Tapi Pemkab Lingga tak menyerah. Mereka langsung menyiapkan dua lahan baru seluas 379 hektare, kini sedang dikaji oleh Dirjen Strategi Pertahanan.
“Pertemuan kemarin cukup produktif. Dirjen Kemenhan dan timnya sudah melihat dua lokasi yang kami tawarkan, dan mereka sepakat untuk meninjau lapangan dalam waktu dekat. Prinsipnya, semua pihak ingin solusi terbaik agar investasi ini bisa jalan tanpa mengganggu fungsi militer,” ujar Yusdiandri.
Kalau semua setuju, bukan tak mungkin Lingga bakal menjadi contoh “soft diplomacy” antara kebutuhan ekonomi dan kepentingan pertahanan.
Lebih dari sekadar proyek industri, investasi ini diharapkan menjadi pintu rezeki baru bagi masyarakat Lingga. Mulai dari tenaga kerja, UMKM penyedia logistik, hingga warung makan di sekitar kawasan industri nanti, semuanya akan ikut bergerak.
“Kami berharap masyarakat Lingga ikut mendukung. Ini momentum besar untuk keluar dari ketergantungan ekonomi sektor primer. Bupati dan Wakil Bupati Lingga juga berkomitmen penuh agar proyek ini membawa manfaat nyata bagi masyarakat,” tegas Yusdiandri.
Dan jika semua rencana berjalan sesuai skema, pembangunan tahap pertama akan dimulai.
“Kami sudah di tahap akhir negosiasi. Insya Allah, dengan dukungan Kemenhan, Kementerian Investasi, dan doa masyarakat Lingga, proyek ini bisa segera terealisasi. Ini bukan sekadar investasi, tapi masa depan daerah kita,” tutupnya.