
KUTIPAN – Kalau ada kota di Kepri yang bisa membuktikan hidup tak selalu harus bergantung pada pabrik baja atau kawasan industri, ya Tanjungpinang. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri, Margaretha Ari Anggorowati, dengan enteng menyebut ekonomi ibu kota provinsi ini tak bisa dibandingkan dengan tetangga dekatnya: Bintan dan Batam.
“Meski tidak ada industri dalam skala besar, ekonomi Tanjungpinang terus tumbuh. Dari minus 3,45 pada saat pandemi, kini bergerak positif ke angka 3,78. Kekuatan ekonomi Tanjungpinang berasa pada sektor UMKM dan IKM. Tidak dapat dibandingkan secara apple to apple dengan Bintan atau Batam,” kata Margaretha, usai menghadiri Rakor Sensus Ekonomi 2026 di Gedung Dekranasda Kepri, Senin (29/9).
Kalau di Batam orang sibuk jualan spare part industri, di Tanjungpinang justru kedai kopi jadi primadona. Menurut Margaretha, ada lebih dari 600 kedai kopi bertebaran di kota ini. Bayangkan, jumlahnya bisa bikin para pecinta kafein bingung mau nongkrong di mana.
Selain itu, bazar UMKM, event wisata, stand jajanan, hingga festival budaya jadi jurus jitu menjaga perputaran uang. Ditambah lagi, target market para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang notabene gaji cair tiap bulan. Amanlah.
Margaretha menegaskan, Sensus Ekonomi 2026 bakal jadi kunci untuk melihat wajah riil perekonomian Tanjungpinang. Data statistik dasar yang dihasilkan akan diperkuat oleh data sektoral dari Diskominfo Kota Tanjungpinang. Jadi bukan sekadar angka, tapi dasar bikin kebijakan.
Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setdako Tanjungpinang, dr. Elfiani Sandri, menegaskan Pemko siap mendukung penuh sensus ini.
“Pemko siap bersinergi, agar pelaksanaan Sensus Ekonomi 2026 tersosialisasikan dan terlaksana dengan baik,” ujarnya.
Di lain sisi, Kepala Diskominfo Kota Tanjungpinang, Teguh Susanto, menegaskan pentingnya edukasi publik soal sensus.
“Seperti yang disampaikan oleh Kepala BPS Kepri, sensus nanti akan menghasilkan harta berupa data. Tentu masyarakat tidak perlu takut untuk menyampaikan data secara jujur. Kominfo siap mendukung sosialisasi Sensus Ekonomi 2026,” katanya.
Dengan begitu, masyarakat tahu bahwa data bukan cuma sekadar angka, tapi bekal masa depan. Lagipula, kalau jujur soal data, yang diuntungkan ya kita-kita juga.