
KUTIPAN – Membicarakan dapur rumah tangga Indonesia, beras itu bukan sekadar bahan pokok—tapi soal kepercayaan. Karung berlogo SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) di rak toko adalah janji pemerintah: bahwa rakyat bisa makan layak tanpa harus berjibaku melawan harga.
Tapi apa jadinya kalau karung itu ternyata cuma bungkus kosong dari niat baik, dan isinya penuh tipu daya? Di Jalan Sail, Kota Pekanbaru, petugas Subdit I Ditreskrimsus Polda Riau membuka karung demi karung dan menemukan kenyataan pahit: 9 ton beras ladang kualitas rendah dikemas ulang jadi beras “premium”.
Kasus ini seperti ironi di tengah program subsidi. Niat negara menjaga perut rakyat, tapi ada tangan-tangan rakus yang menjahit ulang kebaikan jadi komoditas palsu. Polisi menetapkan pemilik toko berinisial R sebagai tersangka. Mesin jahit, karung-karung SPHP, hingga mangkok plastik jadi saksi betapa jauh harga diri bisa ditukar dengan untung sesaat.
Kombes Ade Kuncoro, Direktur Reskrimsus Polda Riau menjelaskan kronologi: pada 24 Juli 2025 pukul 15.00 WIB, tim Subdit I menggerebek toko beras di Jalan Sail, Pekanbaru.
“Ini dituliskan di packaging-nya berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat, padahal aslinya dari Pelalawan dengan kualitas yang sebenarnya di bawah medium, kemudian dia menjual kembali di pasaran dengan harga beras premium,” ujarnya.
Tersangka R diduga mengisi ulang karung SPHP dengan beras ladang, lalu menimbang dan menjahit ulang kemasannya menggunakan mesin jahit sebelum dijual ke konsumen.
Barang bukti yang diamankan cukup bikin dahi berkerut. Ada:
-
79 karung SPHP berisi beras oplosan
-
4 karung merek lain yang juga berisi beras ladang
-
18 karung kosong SPHP
-
Mesin jahit, timbangan digital, 12 gulung benang, dan dua buah mangkok
Total berat beras oplosan yang diamankan diperkirakan mencapai 8 hingga 9 ton. Penyidik masih menghitung jumlah pastinya.
Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan menyebut kasus ini sebagai bentuk pelanggaran serius terhadap program SPHP.
“Ketika pelaku serakah justru merusaknya untuk keuntungan pribadi, itulah yang disebut Presiden sebagai ‘serakahnomics’,” ujar Herry.
Menurutnya, seluruh ekosistem ketahanan pangan didanai rakyat. Pupuk, BBM, irigasi, subsidi—semuanya untuk menjaga keseimbangan. Saat ada pelaku nakal seperti R, bukan cuma beras yang tercemar, tapi juga kepercayaan masyarakat.
Laporan: Seka
Editor: Fikri
Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan media Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.