
KUTIPAN – Biasanya, perusahaan baru dapat tepuk tangan kalau berhasil cuan banyak atau ekspansi ke luar negeri. Tapi beda cerita dengan PT Desa Air Cargo. Tepuk tangan datang setelah insiden panas—secara harfiah—terjadi.
Malam Selasa, 23 Juni 2025, kawasan Kawasan Pengolahan Limbah Industri (KPLI) Kabil, Batam, terbakar. Bukan kejadian biasa, karena menyangkut tempat pengolahan limbah industri yang bisa berdampak besar ke lingkungan sekitar.
Tapi keesokan harinya, suasana sedikit mencair. Ada pertemuan santai di Restoran Sederhana, Batam Centre, antara Badan Pengusahaan (BP) Batam, perwakilan PT Desa Air Cargo, dan awak media. Ariastuty Sirait, Deputi Bidang Pelayanan Umum BP Batam, datang langsung dan buka suara soal insiden tersebut.
“Kami mengapresiasi dan menyambut baik upaya cepat dan strategis dari perusahaan usai insiden. Kami berharap perusahaan segera pulih dan beroperasi kembali,” ujarnya dengan nada tegas tapi menyejukkan.
Apa saja sih upaya “cepat dan strategis” yang bikin BP Batam angkat topi?
Pertama, PT Desa Air Cargo langsung melokalisir puing dan limbah yang terbakar. Bukan sekadar dipisah, tapi juga dikemas ulang dan siap dikirim ke kota tujuan. Ini bukan cuma urusan teknis, tapi cara konkret mencegah pencemaran lingkungan makin luas.
Kedua, perusahaan juga aktif berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Batam dan pusat. Ini penting karena nggak semua perusahaan punya refleks seperti ini setelah kejadian besar.
Ketiga—dan ini yang bikin salut—mereka nggak mau kejadian ini terulang. PT Desa Air Cargo bersama tenant di kawasan KPLI sepakat bakal membeli satu unit mobil pemadam kebakaran. Lebih dari itu, mereka berencana membentuk tim siaga bencana. Gercep, bukan?
Dalam pertemuan itu, Direktur PT Desa Air Cargo, Kurniawan Chang, juga tampil lugas. Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang sigap membantu.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami. Utamanya datang dari jajaran pimpinan BP Batam, khususnya Ibu Ariastuty Sirait. Juga kami ucapkan terima kasih kepada pemadam kebakaran dari BP Batam, Pemko Batam, dan Eco Green,” ungkapnya.
Walau baru semalam terbakar, hari itu PT Desa Air Cargo memang libur dulu sehari. Tapi esoknya, mereka sudah siap beroperasi kembali.
“Hari ini kami tidak menerima pengambilan limbah. Kami stop operasional sehari. Besok kami mulai lagi karena pelayanan tetap jalan, jadi customer tidak perlu khawatir,” jelas Kurniawan.
Dalam situasi seperti ini, biasanya perusahaan lebih fokus pada kerugian. Tapi PT Desa Air Cargo memilih untuk ambil langkah pemulihan, buka komunikasi, dan siapkan sistem pencegahan yang lebih matang.
BP Batam pun kelihatan senang dengan semangat ini. Apresiasi dilontarkan bukan karena mereka hebat mengelola krisis, tapi karena mereka sadar: bencana itu harus dijawab dengan aksi, bukan alibi.
Kalau ini jadi standar penanganan bencana industri di Batam, mungkin ke depannya kita nggak lagi dengar cerita limbah yang terbakar tanpa arah. Tapi malah jadi pelajaran soal kesiapsiagaan, kolaborasi, dan tentu: tanggung jawab.
Laporan: Yuyun Editor: Husni Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.
Untuk informasi beragam lainnya ikuti kami di medsos:
https://www.facebook.com/linggapikiranrakyat/
https://www.facebook.com/kutipan.dotco/