
KUTIPAN – Sobat pembaca yang budiman, bersiaplah untuk menyambut momen paling pecah dari bulan Agustus di Tanjungpinang: Gerak Jalan Tri Lomba Juang resmi balik lagi, dan kabar baiknya—jarak tempuh 45 km yang sempat hilang dari radar, kini resmi dihidupkan kembali!
Bukan cuma soal menguras stamina dan semangat nasionalisme yang menggebu-gebu, tapi juga soal dompet rakyat yang ikutan tersenyum. Siapa sangka, jalan kaki puluhan kilometer bisa bikin ekonomi lokal menggeliat seperti habis disiram pupuk organik?
“Gerak jalan 45 km itu mampu menggerakkan ekonomi Tanjungpinang, setara dengan aktivitas selama sepekan. Perputaran ekonomi benar-benar hidup hanya dalam satu malam,” kata Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, dalam acara silaturahmi bareng Forum Komunikasi RT dan RW Kecamatan Tanjungpinang Timur, Minggu (22/6).
Mantap, Pak Wali. Ini baru semangat yang bukan hanya menyentuh nasionalisme, tapi juga perut rakyat.
Dari Kantor Wali Kota ke Semangat 45 Kilometer
Untuk tahun 2025 ini, Gerak Jalan Tri Lomba Juang akan menyajikan tiga kategori: 8 km, 17 km, dan 45 km. Tapi jujur saja, sorotan utamanya tentu si jarak jauh 45 km yang kembali digelar.
Rutenya direncanakan start dari Kantor Wali Kota, tempat yang bukan cuma strategis secara administratif, tapi juga simbolik secara mental: mulai dari pusat kota, lalu menyusuri semangat para pejuang kemerdekaan lewat langkah kaki rakyat.
Untuk efisiensi dan menghindari chaos ala konser gratis di alun-alun, peserta 45 km akan dilepas dalam dua barisan, dan masing-masing barisan akan dinilai secara terpisah.
“Kita lepas dua barisan sekaligus, dua penilaian. Jadi prosesnya lebih cepat, tapi tetap tertib dan objektif,” tambah Lis.
Nah ini yang kita suka: inovasi dalam tradisi. Sudah kayak kombinasi gado-gado dan topping keju—unik tapi jalan.
Bukan Cuma Lomba, Tapi Mesin Ekonomi Jalan Kaki
Kata siapa lomba itu cuma soal menang dan capek? Di Tanjungpinang, lomba adalah soal perputaran ekonomi. UMKM, pedagang kaki lima, tukang parkir, tukang bakso, bahkan penjual kipas manual, semua kebagian rezeki dari semarak malam gerak jalan.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, gerak jalan ini ibarat magnet uang yang menarik perputaran modal dalam semalam. Dan, ya, mirip efek konser artis nasional, bedanya ini lebih lokal dan lebih merakyat.
Event Rakyat: Dari Tarik Tambang sampai Piala Kecamatan
Tak cukup dengan gerak jalan, Lis Darmansyah juga ngajak warga untuk menghidupkan kembali permainan rakyat. Ia minta agar tiap kecamatan mengadakan satu event perlombaan, minimal.
“Misalnya tarik tambang, RT dari satu kelurahan melawan RT dari kelurahan lain. Pertandingannya tidak harus selesai dalam satu hari. Bisa digelar seminggu sekali atau bahkan tiga kali seminggu,” jelas Lis.
Kalau kecamatan belum siap, mulai dari kelurahan dulu. Kata beliau:
“Tolong rembukkan bersama. Kalau belum siap di kecamatan, mulai dulu dari kelurahan. Nanti pemenangnya bisa kita pertandingkan di tingkat kecamatan.”
Idenya menarik dan relevan. Di tengah serbuan gadget dan scroll tanpa henti, kita memang butuh rehat. Dan tarik tambang adalah salah satu solusi paling low budget-high impact untuk merajut silaturahmi.
Bukan Sekadar Hiburan, Tapi Soal Rasa Kebersamaan
Lebih dari sekadar lomba atau ekonomi, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk memperkuat persatuan dan kebersamaan antarwarga.
“Laksanakan secara bergilir setiap tahun di masing-masing kelurahan. Pemenangnya nanti dipertemukan di tingkat kecamatan. Inilah yang akan menghadirkan kemeriahan, kebersamaan, dan rasa persatuan,” pungkas Lis.
Kalau begitu, jelas sudah. Agustus bukan cuma soal bendera dan lomba makan kerupuk, tapi juga soal bagaimana semangat kolektif bisa membangun kota. Di Tanjungpinang, jalan kaki bisa bikin dompet rakyat ikut lari kencang.***
Editor: Fikri Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.
Untuk informasi beragam lainnya ikuti kami di medsos:
https://www.facebook.com/linggapikiranrakyat/
https://www.facebook.com/kutipan.dotco/