
KUTIPAN – Kalau bicara soal pangan, jangan main-main. Di negeri ini, urusan perut adalah urusan hidup-mati. Itulah kenapa, pemerintah lewat Kementerian Pertanian, gencar menggerakkan berbagai program untuk mendongkrak produksi pangan nasional. Salah satu langkah konkritnya? Menyalurkan alat dan mesin pertanian (alsintan) ke daerah-daerah, termasuk ke Kota Tanjungpinang.
Rabu, 14 Mei 2025, kantor Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DPPP) Kota Tanjungpinang kedatangan tamu istimewa: mesin pompa air. Bukan mesin sembarangan, ini adalah bagian dari strategi besar Program Asta Cita untuk mewujudkan swasembada pangan nasional tahun depan.
Seremoni sederhana tapi penting itu dipimpin oleh Pelaksana Harian (Plh.) Kepala DPPP, Yoni Fadri, didampingi Kepala Bidang Pertanian, Anik Kisdaryani. Bantuan diserahkan langsung kepada empat kelompok tani pilihan: Kelompok Harapan Jaya dari Kelurahan Dompak, Kelompok Maju Sejati dari Kelurahan Air Raja, serta Kelompok Air Bukit dan Sumber Rezeki dari Kelurahan Pinang Kencana.
Kalau dipikir-pikir, pemberian bantuan ini bukan sekadar soal alat pertanian. Ini tentang harapan besar yang disematkan di pundak para petani. Seperti yang ditekankan Yoni Fadri dalam sambutannya, “Tahun ini, petani di Tanjungpinang mendapat bantuan prapanen berupa empat paket pompa air.”
Bantuan ini, kata Yoni, bukan cuma untuk hura-hura. Mesin pompa air ini diharapkan bisa membuat para petani lebih bergairah mengelola lahannya. Caranya? Ya, dengan bertani lebih modern, lebih inovatif, dan tentunya lebih berkelanjutan.
“Semoga bantuan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian di kota Tanjungpinang,” harap Yoni, tulus tapi penuh tekanan positif.
Mengingat bahwa Tanjungpinang tidak punya area sawah atau ladang luas seperti beberapa daerah agraris lain, keberadaan pompa air ini bisa jadi multiplier effect. Setidaknya, masalah klasik macam kekeringan atau irigasi seadanya bisa dipangkas. Hasil pertanian lokal juga berpotensi naik, memenuhi kebutuhan warga sendiri sebelum berpikir ekspor ke daerah lain.
Kalau diperhatikan lebih dalam, program semacam ini bukan hanya soal bagi-bagi alat. Ini tentang membangun mental kemandirian pangan, mulai dari tingkat desa hingga kota. Pemerintah pusat memegang peran di hulu, menyediakan dukungan. Pemerintah daerah berfungsi sebagai katalisator. Tapi di ujung tombak, ya para petani sendiri yang menentukan apakah mesin itu sekadar jadi besi tua di gudang, atau justru mengubah masa depan pertanian Tanjungpinang.
Mengingat target swasembada pangan nasional tinggal menghitung bulan, logika sederhana pun bicara: semua harus kerja keras dari sekarang. Tidak ada lagi ruang untuk pertanian ala kadarnya. Apalagi di tengah perubahan iklim yang makin sulit ditebak, inovasi dan alat modern seperti mesin pompa air bisa jadi kunci bertahan.
Mau tidak mau, petani zaman sekarang harus melek teknologi. Bukan berarti langsung jadi teknokrat, tapi setidaknya paham cara memanfaatkan alat bantu agar hasil tanam lebih maksimal. Kalau tidak mau, ya siap-siap dilibas zaman.
Tanjungpinang kini punya kesempatan besar. Empat kelompok tani sudah pegang senjata baru. Tinggal bagaimana memanfaatkannya. Kalau berhasil, bukan tidak mungkin, mimpi besar swasembada pangan yang digadang-gadang itu bisa lebih cepat jadi kenyataan.
Untuk informasi beragam lainnya ikuti kami di medsos: Lingga Pikiran Rakyat atau Kutipan.co.
Editor: Fikri Artikel ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan, tanpa mengurangi substansi informasi.