
KUTIPAN – Dulu, orang Lingga bisa bangun pagi, sarapan pakai nasi lemak, terus kerja di tambang PT Timah. Sekarang? Ya bangun pagi juga, sarapan juga, tapi kerja… ya belum tentu. Tapi tenang, ada harapan baru yang nongol di langit Kabupaten Lingga. Bukan meteor, bukan juga UFO. Tapi… pabrik silikon!
Yup, katanya sih bakal dibangun pabrik silikon berbahan dasar pasir kuarsa di wilayah Singkep Barat. Ini bukan sembarang pasir, ini pasir yang bisa bikin chip, panel surya, sampai body skincare glowing. Pokoknya, kalau pasir ini jadi duit, orang Singkep bisa upgrade dari motor Supra ke PCX.
Yang bawa kabar bahagia ini adalah Bupati Lingga, Muhammad Nizar. Dengan semangat 45 dan tatapan penuh harap, beliau bilang, “Investasi yang segera masuk seperti untuk pabrik silikon pasir kuarsa yang memang tempatnya begitu banyak IUP tambang untuk pasir kuarsa atau silika itu di Singkep Barat,” ucap beliau pada Minggu, 20 April 2025.
Tapi—nah, ini dia—selalu ada tapi. Investasinya udah siap, lokasinya udah cakep, semangat masyarakat udah 90 persen, eh, tinggal satu yang belum: izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan alias KLHK.
“Nah, itu juga tadi kemarin itu sedang menunggu untuk izin dari KLHK. Nah, prosesnya lagi sedang berjalan,” lanjut Pak Bupati. Nadanya sih optimis, tapi kita semua tahu, “proses berjalan” di negeri ini bisa berarti: dari langkah santai sampai jalan di tempat.
Padahal menurut Pak Nizar, ini kesempatan emas. “Kita juga pasti ngejar itu juga lagi itu, lapangan pekerjaan ini memang sudah di depan mata,” ujarnya. Tapi ya itu, izinnya belum ketok. Jadi kayak orang jomblo yang udah suka sama gebetan, tapi masih nunggu restu calon mertua. Deg-degan.
Makanya, beliau mengajak semua pihak untuk kompak. Jangan malah ribut-ribut. Kata beliau, “Saya terbebani bagaimana menurunkan angka kemiskinan, saya terbebani bagaimana lapangan pekerjaan ini bisa masuk. Tapi ketikanya investasi sudah mau masuk, kita ribut-ribut, kita krasak-krusuk dari sana ke sini, ini tentu kabur nantinya investornya.”
Wah, Pak. Ini real sekali. Investor tuh ibarat kucing kampung yang gampang kaget. Baru ada suara ribut dikit, langsung lari. Padahal mereka bawa duit, lapangan kerja, dan—kalau bisa sukses—semangat hidup baru buat masyarakat.
Apalagi beliau ingin kejayaan zaman PT Timah dulu bisa hidup lagi. “Kita ingin tengok hiruk pikuk seperti tahun 60-an, 80-an dulu, zaman pertambangan PT Timah yang bisa menghidupi ribuan masyarakat Lingga. Inilah kita pengin untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang memang mimpi kita semuanya,” ucap Nizar sambil menyeruput kopi bersama tokoh masyarakat dan ormas.
Mimpi yang sah-sah aja. Tapi realitanya, birokrasi kita ini kadang kayak sinyal HP di pelosok—muncul hilang, muncul hilang, kadang muter-muter di “proses”. Padahal harapan masyarakat itu udah nyala. Kalau ini sampai batal gara-gara izin lama keluar, duh, kasihan masyarakat Singkep. Udah ngarep kerja, eh malah zonk.
Jadi, ini bukan cuma soal pembangunan pabrik. Ini soal harapan. Soal bagaimana sebuah kabupaten yang pernah berjaya pengin bangkit lagi. Tapi bangkit itu butuh gotong royong. Bukan cuma warga dan pemerintah daerah yang semangat, tapi juga kementerian yang di Jakarta sana. Jangan sampai harapan jadi PHP cuma karena satu dokumen belum diteken.
Yuk, Pak KLHK. Kalau dokumennya udah beres, tolong dipercepat. Mumpung semua udah siap dan ngopi bareng, jangan sampai nanti tinggal sisa gelas kosong dan mimpi yang nggak kesampaian.
Tulisan ini masuk dalam rubrik Suara Kutipan, editorial khas kutipan. Kalau mau kirim tulisan bisa kirim ke penuliskutipandotco@gmail.com