KUTIPAN – Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan siswa berkebutuhan khusus terhadap ancaman bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tanjungpinang bersama BPBD Provinsi Kepulauan Riau menyelenggarakan simulasi penanganan bencana angin puting beliung di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Tanjungpinang pada Jumat, 15 November 2024 .
Kegiatan ini melibatkan sekitar 200 peserta yang terdiri dari siswa tunanetra, tunarungu, tuna grahita, tunadaksa, dan autisme. Tak hanya siswa, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, serta wali murid juga ikut berpartisipasi dalam simulasi ini.
Simulasi dirancang khusus untuk kebutuhan siswa
Simulasi ini dirancang dengan pendekatan inklusif, menyesuaikan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Para peserta mengajarkan prosedur evakuasi saat terjadi angin kencang, termasuk bagaimana mencari perlindungan di lokasi aman. Guru dan tenaga pendidik mendampingi siswa dengan metode yang disesuaikan, seperti penggunaan bahasa isyarat untuk siswa tunarungu dan tunawicara.
Skenario simulasi menggambarkan situasi darurat di mana sebagian bangunan sekolah mengalami kerusakan akibat angin puting beliung. Proses evakuasi berlangsung secara terstruktur dengan melibatkan BPBD Kota Tanjungpinang dan pihak terkait. Berkat pendampingan yang intensif, seluruh siswa berhasil dievakuasi dengan selamat.
Komitmen BPBD untuk Pendidikan Inklusif
Sekretaris BPBD Kota Tanjungpinang, Dwi Trijanto, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk membekali siswa berkebutuhan khusus agar lebih siap menghadapi situasi darurat.
“Dengan pendekatan yang sesuai, siswa berkebutuhan khusus diharapkan dapat menghadapi situasi bencana dengan lebih tenang dan terarah,” ujar Dwi.
Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata komitmen BPBD dalam menyediakan edukasi kebencanaan yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Kami ingin memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam upaya kesiapsiagaan bencana, termasuk siswa berkebutuhan khusus di Tanjungpinang. Mereka adalah bagian penting dari komunitas yang juga harus dilindungi,” tegasnya.
Langkah Nyata untuk Kesiapsiagaan
Melalui simulasi ini, BPBD berharap para siswa dapat memahami langkah-langkah penting dalam menghadapi bencana. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang untuk meningkatkan koordinasi antara sekolah, tenaga pendidik, dan pihak BPBD dalam menangani skenario darurat.
Pendampingan yang intensif dan pendekatan inklusif dalam kegiatan ini mendapat apresiasi dari para wali murid. Salah satu orang tua siswa, Nurhayati, mengaku sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini.
“Anak kami jadi lebih paham apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Terima kasih kepada BPBD dan pihak sekolah yang telah mempersiapkan ini dengan baik,” ujarnya.
Edukasi Kebencanaan untuk Masa Depan yang Aman
Simulasi seperti ini menjadi langkah penting dalam membangun kesadaran akan pentingnya kesiapansiagaan bencana, khususnya bagi kelompok rentan seperti siswa berkebutuhan khusus. BPBD Tanjungpinang berharap kegiatan serupa dapat terus diadakan di masa mendatang, tidak hanya di SLB, tetapi juga di sekolah umum lainnya.
Dengan pendekatan yang inklusif dan penuh empati, kesiapsiagaan menghadapi bencana diharapkan dapat menyentuh seluruh lapisan, masyarakat menjamin keselamatan dan ketenangan bagi semua.