Seiring rilisnya film dokumenter Netflix yang tayang pada 28 September 2023 berjudul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso, kasus kopi sianida yang menewaskan Wayan Salihin dengan pelaku yang telah menjalani hukuman Jessica Wongso kembali menjadi perbincangan publik.
Dari film dokumenter yang digarap oleh Beach House Picture itu menimbulkan perspektif baru di masyarakat Indonesia khususnya, banyak fakta baru yang belum pernah terekspos.
Salah satu momen dalam film dokumenter itu yang menjadi perhatian masyarakat yakni ketika Jessica Wongso memberikan secarik kertas pada seorang jurnalis yang hadir dipersidangan, jurnalis itu diketahui bernama Friatian Grie wartawan dari stasiun televisi swasta.
Kala itu Fristian dihampiri oleh pengacara Jessica dengan memberikan secarik kertas yang tertulis “Saya sangat suka pakaianmu” tulis Jessica disecarik kertas itu untuk Fristian.
Fristian memanfaatkan momen itu untuk bisa menyapa Jessica secara langsung dan meminta wawancara. Saat jeda persidangan, di momen itu, Jessica diceritakan “terbuka” padanya, dan menurut Fristian, sifatnya berbanding terbalik dengan yang apa yang disebutkan orang lain selama ini.
“Begitu dia merasa nyaman dengan saya, disitulah saya berusaha memintanya agar bisa mewawacarai ibunya, karena dia memang dekat banget sama ibunya,” ungkap Fristian dilansir liputan6.com
Usaha Fristian tidak sia-sia. Ia akhirnya bisa mewawancarai ibunda Jessica, Imelda Wongso, secara eksklusif.
Seperti film dokumenter pada umumnya, Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso, yang berdurasi satu jam 26 menit, menampilkan wawancara dengan beragam pihak. Ada keluarga korban, Jessica Wongso yang diwakili pengacara, serta para pakar dan jurnalis yang seharusnya memandang kasus ini secara objektif sesuai kode etik profesi mereka.
Melansir kanal Showbiz Liputan6.com, 29 September 2023, film ini tak sekadar memberi rangkuman perjalanan kasus dan persidangan yang bisa menyegarkan ingatan, tapi juga mengajak pemirsa “mengunjungi” kembali kasus ini dalam suasana yang minim bias.
Pada akhirnya, diskusi mengenai kasus ini kembali hidup di media sosial. Tak sedikit yang kembali mempertanyakan sejumlah hal yang mereka anggap janggal. Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso memang tidak menjawab pertanyaan besar soal “siapa pembunuh Mirna,” kendati secara pengadilan Jessica lah yang dianggap bersalah.
Salah satu hal yang membuat kasus ini rumit adalah ketiadaan bukti langsung yang menegakkan dakwaan bahwa Jessica adalah pembunuh Mirna hingga akhirnya divonis 20 tahun hukuman penjara.
“Enggak ada alasan sekecil pun yang menyatakan dia bersalah,” kata pengacara Jessica, Otto Hasibuan.
Sementara tim JPU berkeras bahwa bukti langsung tidak dibutuhkan dalam kasus ini. “Pandangan kami, tidak harus ada bukti langsung. Kami berpedoman bukti circumstantial. Rangkaian alat bukti yang ada itu bisa menunjukkan tidak lain dan tidak bukan, hanya Jessica yang bisa melakukan pembunuhan ini,” kata salah satu anggota tim JPU.
Belakangan, gelas asli yang mewadahi kopi Mirna pun diketahui tidak ada dalam jajaran barang bukti. Gelasnya sudah berganti hingga akhirnya kopi tersebut muncul dalam wadah botol di persidangan.
Salah satu hal yang paling banyak diperbincangkan warganet di media sosial adalah pertemuan awal Jessica dengan sineas film tersebut. Saat Jessica mengeluhkan situasi pengadilan dan media kala itu, sebuah suara menyetop perbincangan mereka.
“Sorry, Jessica. Saya minta maaf. Mungkin ini sudah lebih dalam nih,” kata seorang penjaga lapas yang tidak diperlihatkan wajahnya. Di pengujung film, produser film juga menyertakan kegeramannya atas hal ini.
“Sejujurnya kami juga geram. Mereka memperbolehkan orang untuk mewawancara teroris, perampok bank, pembunuh,” kata sang produser saat berbicara dengan Jessica via telepon.
Hal ini dijawab Jessica dengan penuh keheranan. “Ini benar-benar membingungkan. Memangnya saya siapa? Saya bahkan bukan figur publik atau semacamnya.”