
KUTIPAN – Ada yang bilang jadi anggota Paskibraka itu cuma soal berdiri gagah di bawah matahari, bawa bendera, selesai. Tapi kalau udah dengar langsung pidato Wakil Gubernur Kepulauan Riau, Nyanyang Haris Pratamura, di pembukaan seleksi Paskibraka Provinsi Kepri 2025, bakal paham bahwa urusannya jauh lebih dalam dari itu.
“Menjadi Paskibraka bukan sekadar berdiri tegak di bawah matahari membawa bendera. Ini adalah simbol komitmen, kedisiplinan, dan pengabdian kepada negara,” tegasnya saat membuka seleksi di Hotel Aston, Tanjungpinang, Selasa (6/5).
Bukan basa-basi. Rangkaian seleksi ini kayak ujian hidup versi mini. Mulai dari tes wawasan kebangsaan, intelegensia umum, hingga penilaian kepribadian. Bahkan, urusan baris-berbaris dan jasmani pun ditelusuri detail. Semuanya demi memastikan bahwa anak-anak muda yang lolos bukan cuma kuat badan, tapi juga kokoh mental dan cerdas nalar.
Tahun ini, 62 pelajar dari enam kabupaten/kota di Kepri beradu gagah dan gagasan. Tanjungpinang jadi penyumbang peserta terbanyak (22 orang), disusul Batam dan Bintan (masing-masing 12), lalu Karimun (8), Lingga (6), dan Natuna (2). Sayangnya, Kabupaten Kepulauan Anambas harus absen mengirim wakil—alasannya belum disebut, tapi bolongnya satu wilayah ini cukup terasa.
Seleksi berlangsung dari 6 hingga 8 Mei 2025. Setelah itu, dari 62 peserta, akan dipilih 33 orang terbaik (17 putra dan 16 putri). Mereka inilah yang akan ikut pendidikan dan pelatihan intensif di awal Agustus mendatang. Dari jumlah itu, enam orang (tiga putra dan tiga putri) bakal naik ke seleksi nasional. Lolos nasional? Cuma dua orang terpilih—satu putra, satu putri—yang akan berdiri tegak di Istana Negara mewakili Kepri.
Wakil Gubernur Nyanyang juga menyinggung filosofi di balik lambang Paskibraka: bunga teratai. “Bunga teratai yang menjadi simbol Paskibraka adalah wujud dari semangat itu—tumbuh dari lumpur, tapi mekar di atas air dengan keindahan dan kebersihan hati,” katanya. Kalimat ini bukan cuma puitis, tapi juga jadi pengingat bahwa kualitas seseorang nggak ditentukan dari mana dia lahir, tapi bagaimana dia bertumbuh.
Selain Nyanyang, acara juga dihadiri para pejabat Forkopimda Kepri, Kesbangpol se-Kepri, hingga para pelatih yang siap menggodok para calon Paskibraka. Seremoni pembukaan sendiri ditandai dengan pengalungan tanda peserta ke dua perwakilan putra-putri. Simbolis? Iya. Tapi juga penanda bahwa perjuangan mereka resmi dimulai.
Seleksi ini bukan hanya ajang mencari siapa yang paling tegap atau paling rapi baris-berbaris. Tapi lebih dari itu: siapa yang paling siap jadi cermin generasi muda yang punya visi, integritas, dan semangat kebangsaan. Karena jadi Paskibraka itu bukan soal keren di foto 17-an doang. Tapi soal memikul harapan, jadi panutan, dan menunjukkan bahwa bangsa ini masih punya masa depan lewat generasi mudanya.
Jadi, bagi 62 peserta yang kini bersaing ketat di Tanjungpinang, perjuangan ini bukan akhir. Justru baru permulaan. Semoga bukan cuma bisa berdiri tegak, tapi juga berdiri teguh.
Editor: Fikri Laporan ini merupakan rilis/laporan wartawan yang telah dikemas ulang dengan gaya penulisan Kutipan.